Mengintip Semarak Fashion Revolution Week di Jakarta Fashion Hub

| Reading Time: 5 mins

Siapa di sini yang selalu gercep setiap kali melihat katalog produk fashion favorit yang terbaru? Mix and match berbagai fashion items memang jadi hal yang menyenangkan bagi para fashion lovers. OOTD yang kekinian pasti bikin penampilan terlihat lebih stylish. Tapi, seberapa jauh sih kamu aware dengan apa yang terjadi dalam industri fashion?

Di balik pakaian penuh gaya yang kamu kenakan, apakah terbuat dari material yang mendukung sustainable fashion demi menjaga lingkungan? Selain itu, industri fashion ternyata melibatkan banyak banget pekerja perempuan yang menggantungkan hidupnya dalam bidang tersebut. Sayangnya, kondisi lingkungan kerja, sistem sosial, dan minimnya upah masih belum mendukung women empowerment atau pemberdayaan perempuan yang lebih jauh.

Salah satu contohnya adalah insiden Rana Plaza di Bangladesh pada tahun 2013. Runtuhnya bangunan yang menjadi rumah dari berbagai industri garmen dan brand kelas dunia tersebut menewaskan lebih dari 1.100 pekerja dan 2.500 orang lainnya terluka parah. Korban kebanyakan adalah perempuan di usia yang masih muda.

Fenomena inilah yang membuat Fashion Revolution Week hadir sebagai global community yang membuat industri fashion jadi lebih baik. Gerakan yang didukung lebih di 100 negara ini kali ini diperingati di Indonesia, tepatnya di Jakarta Fashion Hub. PenyelenggaraanFashion Revolution Week tahun ini fokus pada konektivitas hak para pekerja, mendorong sustainable fashion dan women empowerment.

Dukungan Jakarta Fashion Hub Lewat Berbagai Offline Activity

Gerakan Fashion Revolution yang inspiratif ini memang sangat penting demi keberlangsungan industri fashion.  Dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, Jakarta Fashion Hub dengan bangga mendukung gerakan ini lewat penyelenggaraan berbagai offline activity yang berlangsung pada 23 April 2021.Berbagai event menarik dihadirkan Jakarta Fashion Hub, mulai dari workshop, fashion bazaar, brand showcase hingga webinar yang membahas isu penting mengenai pemberdayaan perempuan di industry tekstil.

1. Workshop yang Mendukung Sustainable Fashion

Ada 2 workshop yang diselenggarakan, yang pertama adalah belajar teknik ecoprint dengan menggandeng Inen Signature. Teknik ecoprint adalah teknik pewarnaan alami dengan cara menempel bentuk asli tumbuhan (daun/bunga) ke permukaan kain yang diinginkan.

Dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam, pewarnaan yang dibuat tidak menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga baik itu keberlangsungan industri fashion ke depannya.

Workshop selanjutnya menghadirkan brand aksesori fashion, Threadapeutic yang membahas tentang upcycling fashion. Tren saat ini banyak sosok kreatif yang mempermak fashion items lama mereka menjadi hal baru. Dalam workshop ini, Threadapeutic berbagi trik melakukan permak aprons menjadi tote bag yang cantik.

Threadapeutic sendiri terkenal sebagai brand yang menjual produk fashion berkualitas yang berasal dari olahan material bekas. Tujuannya adalah untuk berkontribusi mengurangi limbah fashion dan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk bumi.Insert foto workshop totebag.

2. Fashion Bazaar dari Brand Lokal

Activity selanjutnya adalah Fashion Bazaar yang dimeriahkan oleh 4 brand lokal asli Indonesia. Mereka adalah Inen Signature, Danev’s, EUREKA, dan Kivee. Keempat brand ini juga ikut mendukung Fashion Revolution movement.

Salah satu bentuk dukungan dari keempat brand ini adalah memamerkan sejumlah koleksi berbahan kain viscose-rayon, yang diketahui berasal dari sumber yang terbarukan, biodegradable dan mendukung sustainable fashion.

3. Brand Showcase

Terakhir, ada Brand Showcase yang menampilkan koleksi fashion kekinian dari deretan brand lokal tanah air. Beberapa nama yang ikut berpartisipasi antara lain Love Stories Bali, Topiku, Thread to Fabric, Setali Indonesia, KaIND, Torajamelo, Creative Kitchen, Mycotech, Control New, Pable, Institut Teknologi Bandung, Bina Nusantara University, dan Maranatha Fashion University.

Salah satu brand, yakni TORAJAMELOmemamerkan koleksi khas tenun Toraja berwarna pastel dengan corak khas warisan Sulawesi Utara tersebut. TORAJAMELO didirikan pada tahun 2008 di Toraja yang fokus kepada pengembangan komunitas penenun perempuan, khususnya penenun yang menggunakan alat tenun gedhog, sehingga mereka dapat menghasilkan uang sembari bekerja dari rumah dan tetap dapat menjaga keluarga mereka.

4. Diskusi Panel untuk Mendukung Women Empowerment dalam Industri Fashion

Pembahasan tentang sustainable fashion dan women empowerment juga menjadi topik diskusi menarik yang dihadirkan Jakarta Fashion Hub dengan tema Women and Community Empowerment through Textiles.

Acara yang diselenggarakan secara virtual via Zoom pada 23 April 2021 ini menghadirkan para sosok perempuan yang selama ini memperjuangkan sustainability dalam bidang fashion dan women empowerment. Mereka adalah VP Communication & Sustainability Asia Pacific Rayon Cherie Tan, Co-Founder & CEO Perfect Fit Indonesia Tungga Dewi, Dosen Desain Tekstil ITB Bintan Titisari, dan Founder Closed Loop Fashion Marina Chahboune.

Dalam paparannya, Cherie mengatakan Asia Pacific Rayon memproduksi serat viscose-rayon asli Indonesia yang mendukung gerakan sustainable fashion karena sifatnya yang renewable, biodegradable dan dapat terlacak. Tak hanya itu, operasional pabrik di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau ini juga mendukung kesetaraan perempuan dengan melibatkan jutaan pekerja perempuan dalam produksinya.

Tak hanya itu, Cherie menjelaskan bahwa APR juga mendukung pemberdayaan perempuan di sekitar wilayah operasional dengan turut melestarikan warisan budaya Provinsi Riau, yakni Batik Bono dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pembatik tradisional.

“Bagaimana kami memberikan dukungan dan dampak kepada komunitas selalu diperhatikan dalam setiap proses operasi kita. Ada 3 aspek yang menjadi bagian dari APR, yaitu mendukung dan melakukan pemberdayaan terhadap entrepreneur perempuan, mendukung pengembangan para pengrajin tekstil, dan melakukan upscaling kain tradisional, misalnya membuat batik dengan desain unik. Kami membantu mereka dengan memperkenalkan pewarna alami dan material viscose,” lanjut Cherie.

Lebih jauh, APR juga membuka akses layanan lain yang dibutuhkan oleh pekerja perempuan. Misalnya dengan membuat program Posyandu yang menunjang ibu dan balita. Cherie menegaskan bahwa upaya ini dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk perempuan.

Selain fokus pada women empowerment, APR juga melakukan berbagai strategi untuk mendukung pertumbuhan industri fashion hingga 10 tahun ke depan. Misalnya lewat kerja sama dengan berbagai sekolah.

Isu tentang sustainable fashion nggak hanya terbatas tentang pakaian saja. Dalam diskusi panel yang berlangsung selama kurang lebih 45 menit ini juga menyoroti pentingnya sustainable menstrual product dan sanitasi yang dibutuhkan oleh perempuan. Kondisi tidak tersedianya pembalut atau sanitasi toilet yang nggak memadai juga sering dialami pekerja perempuan. Isu ini yang melatarbelakangi lahirnya Perfect Fit yang digagas oleh Tungga Dewi.

Problem lain dalam sektor industri tekstil dan fashion di tanah air ditemukan oleh Bintan Titisari. Dosen yang melakukan penelitian tentang pewarna yang digunakan industri tekstil lokal tersebut menemukan masalah minimnya green facilities yang bisa mempengaruhi keberlangsungan industri.

Sebagai sosok yang telah lama menyoroti isu sustainable fashion dan women empowerment, Marina Chahboune Founder Closed Loop Fashion melihat gambaran besar bahwa setiap hal yang ada di industri sangat mempengaruhi women empowerment.

“Setiap negara punya kasus yang berbeda. Di Turki misalnya, kamu hanya akan menemukan pekerja pria. Berbeda dengan Bangladesh yang hanya ada pekerja perempuan. Ada problem masif tentang kesetaraan gender yang mengiringi pekerja perempuan.,” ungkap Marina.

Ia pun menyoroti permasalahan sistem sosial yang mengelilingi pekerja perempuan, terutama di masa Covid-19 seperti sekarang.

“Masalah paling besar adalah banyaknya layoff yang membuat perempuan kehilangan pekerjaannya. Mereka memiliki upah yang rendah sehingga tidak memiliki tabungan dan tidak adanya sistem sosial yang mendukung. Jika ada campaign yang ingin dilakukan pemerintah, saya sarankan untuk menaikkan upah mereka agar bisa meng-cover kebutuhan bulanan,” pungkas Marina.

Wah, ternyata ada banyak insight baru yang bisa didapatkan dari gerakan Fashion Revolution ini, ya. Tungguin terus update event menarik dari Jakarta Fashion Hub lainnya dengan follow Instagram @jakartafashionhub, see you! 

Source : https://www.fimela.com/fashion-style/read/4542908/mengintip-semarak-fashion-revolution-week-di-jakarta-fashion-hub

View more articles >